Sepucuk Surat Tuk Malaikat
Seorang ibu mengerti apa
yang sedang dihadapi anaknya, meski ia tak mengalami sendiri. Nalurinya sekuat baja yang ditempa. Ada
ikatan batin yang tak bisa koyak walau terhantam oleh badai jarak dan waktu. Ada jiwa yang setiap detik hidup demi anak-anaknya.
Surat kepada Ibunda ini tak
dimaksudkan untuk memberitahu beliau apa yang kita
rasakan. Besar kemungkinan, beliau mengerti yang selama ini kita pendam
tanpa harus kita bicara.
Surat ini ditulis demi mengurai
isi pikiranku sendiri. Demi mengurangi rindu
yang meruang di dalam dada. Surat ini juga sebagai mediator untuk
menyuarakan suara-suara sayang dan rindu yang menyeruak setiap detik, tumbuh dengan kuatnya di dalam sanubariku , karena sungguh
lidah ini menjadi kelu untuk mengucapkan ribuan, jutaan dan milyaran terimakasih atas jasamu hingga hari
ini.
Halo, Ma,
Apa kabar?
Untuk
mengirimimu pesan teks atau melakukan panggilan telepon. Sekadar menanyakan kabar seperti itu saja sangat sulit rupanya
untuk segera kuwujudkan.
Aku tersibukkan
oleh kegiatan
harian yang melelahkan, di timpali lagi oleh
kegiatan-kegiatan yang menguras habis waktu dan tenaga, perhatianku teralihkan
dan hanya bertujuan
pada kesenangan pribadi, teralihkan oleh sederetan kegiatan
dunia yang membuatku lupa akan hakikat manusia untuk hidup di hamparan bumi ini. Sampai terkadang aku lupa bahwa di kota yang
berbeda, ada sesosok perempuan yang rela terjaga dari tidurnya demi mendoakanku di sepertiga malam yang akhir, memohonkan yang terbaik untuk
diri yang sering melupakannya ini.
Cinta dan
kasih sayangmu tumbuh bersama diri ini. Takkan lekang oleh waktu, tak akan sirna ditelan usia, tak akan pudar
tersapu murka. Aku ingat betul di saat hendak berkelana sementara mencari ilmu dan jati diri, mama dengan cekatan
mempersiapkan bekal dan barang-barang yang sekiranya diperlukan dalam kelanaku.
Dengan tanpa pamrih, mama di dekatku ketika aku bersiap menyongsong
perkelanaan, sambil sesekali menanyakan
“Mas, ada barang yang tertinggal? Coba di cek lagi.”
“Hati-hati kalau berteman ya, dijaga pergaulannya.”
“Semoga Allah paring keselamatan dan kebarokahan.”
Dengungan
nasihat dan doamu mengiringi kepergian kami. Bahkan harapanmu
sederhana belaka, hanya ingin kami kembali ke rumah dengan sehat dan selamat. Sama sekali tak berkeinginan
kami jadi anak yang kaya-raya, mengemban
jabatan yang tinggi, atau memiliki tambatan hati yang
cantik. Mama malah
berharap aku bisa menjadi manusia bermartabat yang bermanfaat bagi semua orang, dan selalu mendekatkan diri pada sang Ilahi .
Ma, begitu
banyak waktu dan kebahagiaanmu yang kau korbankan untukku. Engkau mengikis semua keegoisan dan hasrat sebagai seorang
perempuan hanya untuk merawatku, membahagiakanku dan memenuhi semua
kebutuhanku. Siapa lagi yang dengan ikhlas membanting tulang berdagang atau
memutar otak agar aku tidak kehabisan bekal saat di perantauan nanti, atau agar
aku bisa jajan seperti teman-temanku yang lain. Mama, bagi Mas, Mama adalah pahlawan hebat yang sesungguhnya.
Ma, umurku
baru saja bertambah loh. Kini aku berdiri di atas dua dasawarsaku. Sampai saat
ini aku belum bisa membalas semua jasa-jasamu. Mungkin sampai kapan pun aku tidak akan bisa membayar
utang jasa yang kau berikan padaku, mengingat betapa banyaknya peluh yang keluar
dari tubuhmu.
Kesabaran yang tak berujung, kecemasan tak henti-henti, dan kasih sayang tak hingga yang kesemuanya
ditujukkan untukku.
Kini mama
tak perlu khawatir lagi. Sedikit banyak aku sudah mengenali dunia ini, dari mana
kebahagiaan itu berasal, bagaimana kebimbangan itu menggerogoti keteguhan hati,
apakah utara atau selatan yang kupilih ketika dihadapkan pada sebuah pilihan
hidup. Aku dikelilingi oleh teman-teman
yang menjadikanku lebih baik dan manusia yang baru setiap harinya.
Terkadang
di
dalam perkelanaanku ini, ada saat di
mana aku sangat diuntungkan oleh beberapa keadaan, selalu
ada saja sosok yang menolong di dalam kesusahanku, seakan alam merestui ke mana pun aku pergi. Hari-hariku disarati
keberkahan. Dihindarkan dari musibah-musibah yang membahayakan jiwa dan raga. Kurenungi
betul hal itu di hari menjelang tidurku. Setelah kutelusuri baik-baik semua hal itu, seolah ada benang merah yang
mengarahkan pada sosokmu. Ah iya, hampir saja aku lupa bahwa perempuan yang melahirkanku ke dunia, perempuan yang telapak kakinya menjadi surgaku, perempuan yang restunya merupakan restu gusti Allah dengan setia
memohonkan agar aku selalu dihujani keberkahan dan dijauhkan dari segala
marabahaya di setiap sepertiga malam akhir yang dilakoninya.
Ma…
Lekukan
indah dibibirmu kini seolah menggambarkan kelelahan yang kau pikul selama
bertahun tahun.
Ma,
sadarkah kau bahwa wajahmu mulai menua? Mulai ada kerut di sana-sini, membuatku sadar ragamu tidak sekuat dulu. Penyakit
mulai menghampiri tubuhmu. Aku pun pernah harus melihatmu terbaring di
atas ranjang. Tapi kau malah tetap tersenyum dan menanyakan apa
aku sudah makan.
“Ma,
tenang! Aku sudah makan, keadaan mama yang perlu diperhatikan bukan keadaan ku.”
Dengan
memohon seraya menengadahkan doa pada Allah Yang Maha Segalanya, semoga mama
senantiasa dilimpahkan oleh keberkahan, diberikan kesehatan dan umur panjang
yang barokah, dijauhkan dari marabahaya dan memiliki anak – cucu yang imut imut
dan selalu bernaung fii sabilillah, amin..
Terimakasih dan Alhamdulillah
jazakillahu khoiroh karena telah menjadi ibu sekaligus teladan yang baik bagi
ku, mama.
Bila memang ada malaikat tanpa sayap, aku menduga itu adalah mama dan ibu diseluruh dunia.
Izinkan
aku mengatakan sesuatu yang belum sempat kusampaikan langsung. Aku tidak
tahu kapan kita akan berpisah. Ada saatnya, aku akan mengantarkanmu ke tempat
peristirahatan terakhir sambil menata kembali puing-puing kenangan yang terserak. Atau mungkin saja Mama yang mengantarkanku ke tempat dimana
semua manusia akan berakhir sambil mengusapi air matamu yang tak terbendung lagi. Apapun akhirnya, akan ada saat dimana salah satu dari kita
harus rela melepas kepergian. Kapanpun itu, hanya Allah SWT yang tahu. Aku
hanya ingin mengingat bahwa kita akan kembali bertemu.
Peluk hangat dariku,
Anakmu yang
dilanda kerinduan yang mendalam
Dimas Ardiyanto.