SURAT TERBUKA UNTUK SAHABAT-SAHABATKU
DIMASA PUTIH ABU ABU
Tertanggal,
seminggu menuju 22 ku,
Assalamualaikum,
Hai, sahabat-sahabatku, masihkah kalian mengingat petikan lirik lagu ini? Ya, tembang lawas dari Sheila on 7 dan bondan feat two black yang sempat menjadi iringan video tahunan yang kita buat bersama beberapa tahun silam. Lagu itu juga merupakan obat ketika kenangan akan kalian tiba-tiba melintas di dalam kepalaku dan membuat dadaku terasa sesak dihimpit rindu terkadang membuat mataku berkaca-kaca dan seolah mengajak ingatanku untuk mengunjungi memory lawas yang tersimpan rapih di dalam sanubari ini.
Tahukah kalian, saat ini aku sedang mendengarkan lagu kita sembari menulis surat untuk kalian. Semoga setelah membaca surat dariku ini kalian juga berpikiran sama, ingin meluangkan waktu sejenak untuk bersua demi mengenang kembali kisah klasik kita di masa putih abu-abu.
Berhenti membaca sejenak, setidaknya untuk menghormati masa kejayaan putih abu-abu yang kita lewati bersama, duduk tenang, jauhkan diri dari hingar bingar kesibukan kita saat ini. Putar lagu Sheila on 7 atau bondan atau apapun yang mampu menyeret paksa ingatanmu untuk bernostalgia pada masa dimana kita berjibaku beradaptasi dengan lingkungan pondok dan sekolah budi mulia tercinta.
….
…
Jazakumullahu khoiro untuk teman-teman yang mau mengikuti instruksi dariku, mulai lah duduk seakan kalian tidak punya tenaga untuk berdiri, tenangkan fikiran seolah kita berada di lingkungan yang amat damai , silahkan lanjut membaca.
Sejak kali pertama kita bertemu dan menjalin persahabatan, cerita seru tak pernah alpa terdengar
Ingatkah kalian saat hari pertama kita
mengenakan seragam putih abu-abu? Ingatkan kalian saat di hari hari pertama
kita di tinggalkan oleh orang tua atau sanak saudara yang mengantar kita ke
pondok?aku rasa kita sepakat bahwa diantara kita tidak ada yang bisa melupakan scene itu. Ya saat itu kita bingung
bukan kepalang, mengingat tidak ada satu orang pun yang dikenal, merasa
terasingkan di suatu tempat yang kita belum pernah datangi, yang ada
difikiranku pada saat itu “bagaimana aku bisa bertahan hidup di tempat ini?”,
“bagaimana cara nya membangun kebahagiaan untuk diriku sendiri ditempat ini?” ,
“monster macam apa yang tega menempatkanku di tempat yang serba di batasi
pergerakan nya ini?” tidak ada sedikitpun kebahagiaan yang terpancar dari hati dan
wajah ini pada saat pertama tiba di sumber barokah yang dikenal tengah mencetak
mubaligh2 unggulan dan menghasilkan pemain-pemain bola yang tak bisa diragukan
kebolehan nya.
Aku ingat dimana seusai mandi aku
mematut-matutkan diri di depan kaca, sambil meracau dalam hati, “inikah proses
pendewasaan? Bagaimana jika aku kelaparan dan tak memliki barang sepeser pun uang
di kantung dan dompet ku? Bagaimana jika aku sakit dan tidak memliiki uang
untuk berobat? Apa aku bisa menjadi santri yang baik disini? Apakah aku akan
menjadi mubaligh/ghot ? apakah aku bisa membanggakan kedua orang tua ku? Tak
henti pertanyaan-pertanyaan itu mengalir deras di dalam kepalaku, hati ku terasa
sesak sampai akhirnya tak terbendung lagi air mata kebimbangan ini.
“Aku
rasa aku hanya sanggup berada di tempat ini sampai setahun, lalu meminta pindah
sekolah pada kedua orang tua ku apapun yang terjadi.”
Mungkin
pemikiran itu yang banyak terlintas di dalam fikiran kita pada waktu itu, tak
terkecuali diriku.
Ternyata
salah, aku salah besar, bodoh jika aku pernah berfikir seperti itu, bahkan
mengingat aku pernah berfikir seperti itu pun aku merasa hina, malu pada diri
ku yang sekarang.
Semua
hal buruk yang aku bayangkan, semua pertanyaan-pertanyaan bodoh yang ku
layangkan dalam fikiran sendiri. Semua hilang tertelan oleh senyuman bodoh nan
polos dari teman-teman yang baru ku kenal dari berbagai daerah yang tersebar
diseluruh nusantara. Kesepian, kesendirian, keheningan, kesenyapan semua hilang
tersapu oleh ocehan yang sejujurnya tidak menarik untuk di dengar yang keluar
dari bibir seorang manusia yang kita sebut TEMAN.
Siapa
sebenarnya mahluk yang satu ini? Dari spesies mana dia berasal? Apakah mereka
makan oncom gondrong juga seperti kita?tapi kok bau badan nya berbeda-beda.
Kenapa mereka rela melakukan hal konyol
bahkan terbilang membahayakan untuk dirinya sendiri hanya karena ingin membuat
kita tertawa atau menghilangkan kesusahan kita?.
“teman…?ah
tidak…sahabat? Bukan, kami adalah saudara."
Mereka adalah tempat bagi kita untuk
menumpahkan semua kegundahan hati, tempat yang menerima kita dikala benar
ataupun salah, tempat yang membuat hati ini nyaman disaat kita bersama-sama,
tempat dimana kita bak superman yang tak terkalahkan. Kita berbagi cerita dan menertawakan apa
saja. Dari jemuran lantai atas, kamar, kantin sekolah, lapangan, hingga
jeding merupakan saksi bisu kita pernah berbagi cerita hingga rahasia.
Selayaknya remaja pada umumnya, kisah kita dipenuhi dengan tawa dan canda, tak
ayal air mata menghampiri kita dikala gagal saringan, gagal naik ke kelas
cepatan, gagal tes kehamilan dan jantung #maaf gagal focus, dan ketika putus cinta
*hesshesss sopo iku
Ingatkah kalian pada kebodohan yang kerap kita lakukan, dan pelanggaran kecil yang iseng dijalankan demi sedikit kesenangan?
Sudah penuh lembaran hidupku di jejali
oleh kekonyolan, kebodohan, dan keseruan yang kita buat bersama, kalian fikir
aku yang sekarang lupa dengan kebodohan kita? Hahaha dengan berfikir seperti
itu saja kalian sudah mengulangi kebodohan yang pernah kita lakukan dulu.
-
Mulai
dari bolos sekolah
-
Mbules
ngaji
-
Kabur
dari pondok
-
Ngantukan
di pengajian
-
Saur
manuk
-
Menerobos
dapur untuk dapat makan
-
Loncat
dari pagar sekolah
-
Kabur
dari pagar sekolah supaya tidak ikut upacara
-
Ngambil
sandal santriwan/wati lain
-
Menggunakan
baju sekolah yang tidak sesuai dengan hari nya
-
Menggoda
si ganteng atau si cantik yang kita sukai?
-
Berkiriman
surat antara astra dan astri
-
Membawa
handphone secara sembunyi sembunyi di dalam tetttt #sensor
-
Masak
mie menggunakan termos pemanas air
-
Tidur
dibelakang rumah pak budi saat adzan subuh
-
Atau
check in di hotel MA disamping keranda jenazah untuk sekedar tidak ngaji subuh.
-
Bahkan
kafaroh karena jarang mengaji
“Maka
kekonyolan macam apa lagi yang belum kita lakukan di pondok?” H.R ngawuri
juz 4u, status hadisnya palsu bingit.
Surat ini sengaja aku tulis untuk
memanjakan ingatan kita bahwa dimasa itu aku bertemu orang-orang hebat yang
mampu mengubah hidupku 360 derajat,
“eh jangan, sama aja atuh
itu mah balik lagi -_-."
Gelegak darah muda memang sedang
deras-derasnya mengalir di dalam pembuluh vena kita pada masa itu. Kita
dipenuhi dengan rasa ingin tahu dan mencoba-coba. Ya, kita lebih senang tak
patuh pada aturan karena menganggapnya nampak keren karena berlawanan. Tidak
jarang ada beberapa dari kita yang harus bermain kucing-kucingan karena
mengenakan seragam yang tak sesuai
aturan atau karena memiliki rambut kepanjangan dan tidak berwarna hitam.
Aku juga ingat betapa kita girang
bukan kepalang sewaktu ada jam pelajaran kosong karena guru yang tak bisa
datang. Kita akan memanfaatkannya dengan bermain gitar dan memenuhi udara kelas
dengan suara-suara sumbang, atau memilih tidur siang sambil membuat pulau
bali dengan beralaskan kertas ulangan yang nilai nya tidak lebih besar dari 40,
dan ada pula dari kita yang lebih gemar kabur ke kantin
belakang atau main adu ayam dan adu panco. #wanto doang itu mah
Tidak, tidak hanya itu saja, masih
banyak kebodohan dan kenakalan yang kita perbuat demi membuat hari kita kian
seru dan berwarna. Aku ingat betapa kita nampak kompak dan bahu-membahu saat
menyalin PR sebelum pelajaran dimulai maupun bertukar jawaban saat ujian,
melaksanakan tugas KBS dengan maksud yang mulia melihat astri yg
bening-bening. Ingat ketika kita mati-matian mangkulan untuk mengejar target
supaya bisa saringan dan tes untuk menjadi seorang mubaligh/ghot? Tak jarang
kita bahu membahu dalam menentang aturan dalam kasus ini memukuli senkom
sebut saja Budi gunawan dkk.
Sungguh petualangan yang selalu membuat
jantung kita berdetak beberapa ketuk lebih cepat tiap kali kita melakukannya.
Bahkan ingatkah kalian saat satu dua kali dimarahi guru sekolah
ketika mengajar karena kita tidur atau tidak mengerjakan tugas? Membuat wajah
mereka memerah seperti tomat kematangan sehingga mampu membuat kita tersenyum
kegirangan serasa mau pura-pura mati di tempat.
Walaupun persahabatan kita pernah berjarak, toh kita selalu menemui jalan pulang untuk kembali menjadi sahabat lekat
Memang segala yang ada di dunia ini
tidak ada yang kekal dan sempurna, begitu pula persahabatan kita. Beberapa kali
kita pernah saling mendiamkan dan tak bertukar sapa. Hanya dipicu dengan
masalah sederhana mampu membuat kita lebih memilih untuk
berpunggung-punggungan.
Meski
tentu saja hal itu tak berlangsung lama, karena harus kuakui bahwa aku selalu
tak sanggup menjalani hari tanpa kalian. Bagai sayur tanpa bumbu penguat
rasa seperti itulah hidupku ketika tidak ada kalian, hambar
rasanya. Kalian pun nampaknya juga sama, karena kemudian kita dengan cepat
berbaikan dan semuanya baik-baik saja seperti sedia kala.
“Tidakkah
sekarang kalian rindu untuk berkumpul bersama dan kembali bercengkerama
serta membagikan kumpulan cerita ketika kita sedang tak saling bersama?”.
Maukah kalian meluangkan waktu untuk bertemu lagi dan mengulang keseruan itu? Agar aku bisa menyegarkan ingatanku untuk cerita yang akan kusampaikan kepada anak-cucu.
Alhamdulillah jazakumullahu khoiro dan
Terimakasih kuucapkan pada kalian yang telah hadir di dalam hidupku, memenuhi
masa mudaku dengan cerita-cerita seru yang mampu mengukir senyum di wajahku
hingga detik ini. Maukah kalian menyempatkan waktu supaya kita bisa
duduk bersama berbagi cerita? Jika dipikir ulang, betapa lucunya kita,
dulu kita selalu rajin berdoa untuk segera meninggalkan masa itu namun
sekarang kita mendamba untuk kembali ke masa putih abu-abu.
Maukah kalian meluangkan waktu berharga kalian
sejenak untuk saling bersua?
Demi berbagi cerita dan mengulang masa muda,
untuk sejenak melupakan tanggungjawab orang dewasa.
Kecup hangat dariku,
Sahabat kalian yang sudah hampir
tenggelam di dalam rindu
Dimas Ardiyanto.