Minggu, 22 Maret 2015

Surat Terbuka Untuk Sahabat-Sahabat Masa Putih Abu Abu ku



SURAT TERBUKA UNTUK SAHABAT-SAHABATKU DIMASA PUTIH ABU ABU

Tertanggal, seminggu menuju 22 ku,




Assalamualaikum,

        Hai, sahabat-sahabatku, masihkah kalian mengingat petikan lirik lagu ini? Ya, tembang lawas dari Sheila on 7 dan bondan feat two black yang sempat menjadi iringan video tahunan yang kita buat bersama beberapa tahun silam. Lagu itu juga merupakan obat ketika kenangan akan kalian tiba-tiba melintas di dalam kepalaku dan membuat dadaku terasa sesak dihimpit rindu terkadang membuat mataku berkaca-kaca dan seolah mengajak ingatanku untuk mengunjungi memory lawas yang tersimpan rapih di dalam sanubari ini.

        Tahukah kalian, saat ini aku sedang mendengarkan lagu kita sembari menulis surat untuk kalian. Semoga setelah membaca surat dariku ini kalian juga berpikiran sama, ingin meluangkan waktu sejenak untuk bersua demi mengenang kembali kisah klasik kita di masa putih abu-abu.
Berhenti membaca sejenak, setidaknya untuk menghormati masa kejayaan putih abu-abu yang kita lewati bersama, duduk tenang, jauhkan diri dari hingar bingar kesibukan kita saat ini. Putar lagu Sheila on 7 atau bondan atau apapun yang mampu menyeret paksa ingatanmu untuk bernostalgia pada masa dimana kita berjibaku beradaptasi dengan lingkungan pondok dan sekolah budi mulia tercinta.
….

        Jazakumullahu khoiro untuk teman-teman yang mau mengikuti instruksi dariku, mulai lah duduk seakan kalian tidak punya tenaga untuk berdiri, tenangkan fikiran seolah kita berada di lingkungan yang amat damai , silahkan lanjut membaca.


Sejak kali pertama kita bertemu dan menjalin persahabatan, cerita seru tak pernah alpa terdengar




Ingatkah kalian saat hari pertama kita mengenakan seragam putih abu-abu? Ingatkan kalian saat di hari hari pertama kita di tinggalkan oleh orang tua atau sanak saudara yang mengantar kita ke pondok?aku rasa kita sepakat bahwa diantara kita tidak ada yang bisa melupakan scene itu. Ya saat itu kita bingung bukan kepalang, mengingat tidak ada satu orang pun yang dikenal, merasa terasingkan di suatu tempat yang kita belum pernah datangi, yang ada difikiranku pada saat itu “bagaimana aku bisa bertahan hidup di tempat ini?”, “bagaimana cara nya membangun kebahagiaan untuk diriku sendiri ditempat ini?” , “monster macam apa yang tega menempatkanku di tempat yang serba di batasi pergerakan nya ini?” tidak ada sedikitpun kebahagiaan yang terpancar dari hati dan wajah ini pada saat pertama tiba di sumber barokah yang dikenal tengah mencetak mubaligh2 unggulan dan menghasilkan pemain-pemain bola yang tak bisa diragukan kebolehan nya. 

Aku ingat dimana seusai mandi aku mematut-matutkan diri di depan kaca, sambil meracau dalam hati, “inikah proses pendewasaan? Bagaimana jika aku kelaparan dan tak memliki barang sepeser pun uang di kantung dan dompet ku? Bagaimana jika aku sakit dan tidak memliiki uang untuk berobat? Apa aku bisa menjadi santri yang baik disini? Apakah aku akan menjadi mubaligh/ghot ? apakah aku bisa membanggakan kedua orang tua ku? Tak henti pertanyaan-pertanyaan itu mengalir deras di dalam kepalaku, hati ku terasa sesak sampai akhirnya tak terbendung lagi air mata kebimbangan ini.

“Aku rasa aku hanya sanggup berada di tempat ini sampai setahun, lalu meminta pindah sekolah pada kedua orang tua ku apapun yang terjadi.”
Mungkin pemikiran itu yang banyak terlintas di dalam fikiran kita pada waktu itu, tak terkecuali diriku.

Ternyata salah, aku salah besar, bodoh jika aku pernah berfikir seperti itu, bahkan mengingat aku pernah berfikir seperti itu pun aku merasa hina, malu pada diri ku yang sekarang.

Semua hal buruk yang aku bayangkan, semua pertanyaan-pertanyaan bodoh yang ku layangkan dalam fikiran sendiri. Semua hilang tertelan oleh senyuman bodoh nan polos dari teman-teman yang baru ku kenal dari berbagai daerah yang tersebar diseluruh nusantara. Kesepian, kesendirian, keheningan, kesenyapan semua hilang tersapu oleh ocehan yang sejujurnya tidak menarik untuk di dengar yang keluar dari bibir seorang manusia yang kita sebut TEMAN.


      

           
        
 

        Siapa sebenarnya mahluk yang satu ini? Dari spesies mana dia berasal? Apakah mereka makan oncom gondrong juga seperti kita?tapi kok bau badan nya berbeda-beda.  Kenapa mereka rela melakukan hal konyol bahkan terbilang membahayakan untuk dirinya sendiri hanya karena ingin membuat kita tertawa atau menghilangkan kesusahan kita?.

“teman…?ah tidak…sahabat? Bukan, kami adalah saudara." 

        Mereka adalah tempat bagi kita untuk menumpahkan semua kegundahan hati, tempat yang menerima kita dikala benar ataupun salah, tempat yang membuat hati ini nyaman disaat kita bersama-sama, tempat dimana kita bak superman yang tak terkalahkan.  Kita berbagi cerita dan menertawakan apa saja. Dari jemuran lantai atas, kamar, kantin sekolah, lapangan, hingga jeding merupakan saksi bisu kita pernah berbagi cerita hingga rahasia. Selayaknya remaja pada umumnya, kisah kita dipenuhi dengan tawa dan canda, tak ayal air mata menghampiri kita dikala gagal saringan, gagal naik ke kelas cepatan, gagal tes kehamilan dan jantung  #maaf gagal focus, dan ketika putus cinta *hesshesss sopo iku






Ingatkah kalian pada kebodohan yang kerap kita lakukan, dan pelanggaran kecil yang iseng dijalankan demi sedikit kesenangan?


Sudah penuh lembaran hidupku di jejali oleh kekonyolan, kebodohan, dan keseruan yang kita buat bersama, kalian fikir aku yang sekarang lupa dengan kebodohan kita? Hahaha dengan berfikir seperti itu saja kalian sudah mengulangi kebodohan  yang pernah kita lakukan dulu.

-         Mulai dari bolos sekolah
-         Mbules ngaji
-         Kabur dari pondok
-         Ngantukan di pengajian
-         Saur manuk
-         Menerobos dapur untuk dapat makan
-         Loncat dari pagar sekolah
-         Kabur dari pagar sekolah supaya tidak ikut upacara
-         Ngambil sandal santriwan/wati lain
-         Menggunakan baju sekolah yang tidak sesuai dengan hari nya
-         Menggoda si ganteng atau si cantik yang kita sukai?
-         Berkiriman surat antara astra dan astri
-         Membawa handphone secara sembunyi sembunyi di dalam tetttt #sensor
-         Masak mie menggunakan termos pemanas air
-         Tidur dibelakang rumah pak budi saat adzan subuh
-         Atau check in di hotel MA disamping keranda jenazah untuk sekedar tidak ngaji subuh.
-         Bahkan kafaroh karena jarang mengaji




Maka kekonyolan macam apa lagi yang belum kita lakukan di pondok?” H.R ngawuri juz 4u, status hadisnya palsu bingit.

Surat ini sengaja aku tulis untuk memanjakan ingatan kita bahwa dimasa itu aku bertemu orang-orang hebat yang mampu mengubah hidupku 360 derajat,
“eh jangan, sama aja atuh itu mah balik lagi -_-."


Gelegak darah muda memang sedang deras-derasnya mengalir di dalam pembuluh vena kita pada masa itu. Kita dipenuhi dengan rasa ingin tahu dan mencoba-coba. Ya, kita lebih senang tak patuh pada aturan karena menganggapnya nampak keren karena berlawanan. Tidak jarang ada beberapa dari kita yang harus bermain kucing-kucingan karena mengenakan  seragam yang tak sesuai aturan atau karena memiliki rambut kepanjangan dan tidak berwarna hitam.
Aku juga ingat betapa kita girang bukan kepalang sewaktu ada jam pelajaran kosong karena guru yang tak bisa datang. Kita akan memanfaatkannya dengan bermain gitar dan memenuhi udara kelas dengan suara-suara sumbang, atau memilih tidur siang sambil membuat pulau bali dengan beralaskan kertas ulangan yang nilai nya tidak lebih besar dari 40, dan ada pula dari kita yang  lebih gemar kabur ke kantin belakang atau main adu ayam dan adu panco. #wanto doang itu mah
Tidak, tidak hanya itu saja, masih banyak kebodohan dan kenakalan yang kita perbuat demi membuat hari kita kian seru dan berwarna. Aku ingat betapa kita nampak kompak dan bahu-membahu saat menyalin PR sebelum pelajaran dimulai maupun bertukar jawaban saat ujian, melaksanakan tugas KBS dengan maksud yang mulia melihat astri yg bening-bening. Ingat ketika kita mati-matian mangkulan untuk mengejar target supaya bisa saringan dan tes untuk menjadi seorang mubaligh/ghot? Tak jarang kita bahu membahu dalam menentang aturan dalam kasus ini memukuli senkom sebut saja Budi gunawan dkk.
 Sungguh petualangan yang selalu membuat jantung kita berdetak beberapa ketuk lebih cepat tiap kali kita melakukannya. Bahkan ingatkah kalian saat satu dua kali dimarahi guru sekolah ketika mengajar karena kita tidur atau tidak mengerjakan tugas? Membuat wajah mereka memerah seperti tomat kematangan sehingga mampu membuat kita tersenyum kegirangan serasa mau pura-pura mati di tempat.

  





Walaupun persahabatan kita pernah berjarak, toh kita selalu menemui jalan pulang untuk kembali menjadi sahabat lekat


Memang segala yang ada di dunia ini tidak ada yang kekal dan sempurna, begitu pula persahabatan kita. Beberapa kali kita pernah saling mendiamkan dan tak bertukar sapa. Hanya dipicu dengan masalah sederhana mampu membuat kita lebih memilih untuk berpunggung-punggungan.
Meski tentu saja hal itu tak berlangsung lama, karena harus kuakui bahwa aku selalu tak sanggup menjalani hari tanpa kalian. Bagai sayur tanpa bumbu penguat rasa seperti itulah hidupku ketika tidak ada kalian, hambar rasanya. Kalian pun nampaknya juga sama, karena kemudian kita dengan cepat berbaikan dan semuanya baik-baik saja seperti sedia kala.





“Tidakkah sekarang kalian rindu untuk berkumpul bersama dan kembali bercengkerama serta membagikan kumpulan cerita ketika kita sedang tak saling bersama?”.



Maukah kalian meluangkan waktu untuk bertemu lagi dan mengulang keseruan itu? Agar aku bisa menyegarkan ingatanku untuk cerita yang akan kusampaikan kepada anak-cucu.

       Alhamdulillah jazakumullahu khoiro dan Terimakasih kuucapkan pada kalian yang telah hadir di dalam hidupku, memenuhi masa mudaku dengan cerita-cerita seru yang mampu mengukir senyum di wajahku hingga detik ini. Maukah kalian menyempatkan waktu supaya kita bisa duduk bersama berbagi cerita? Jika dipikir ulang, betapa lucunya kita, dulu kita selalu rajin berdoa untuk segera meninggalkan masa itu namun sekarang kita mendamba untuk kembali ke masa putih abu-abu.


Maukah kalian meluangkan waktu berharga kalian sejenak untuk saling bersua?

Demi berbagi cerita dan mengulang masa muda, untuk sejenak melupakan tanggungjawab orang dewasa.


Kecup hangat dariku,
Sahabat kalian yang sudah hampir tenggelam di dalam rindu 
Dimas Ardiyanto.