Interaksi Sosial
Ilmu sosial merupakan ilmu yang mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
Setiap orang memiliki rasa ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain. Dalam hal ini saya akan menjelaskan tentang interaksi sosial dalam masyarakat. Hampir setiap manusia berhubungan atau berinteraksi baik antarindividu, individu dengan kelompok, atau antarkelompok. Contoh di lingkungan kampus kita, kita berinteraksi dengan dosen, teman, penjaga kampus, bahkan dengan penjaja makanan di kantin kampus. Sementara di rumah, kita selalu berinteraksi dengan orang tua, adik, kakak, dan pembantu.
Mengapa manusia berinteraksi? Manusia berinteraksi karena saling membutuhkan. Setiap manusia mempunyai sejumlah kebutuhan, kepentingan, dan hasrat. Contoh, yaitu kebutuhan untuk makan, berpakaian, dan memperoleh pendidikan. Namun, tidak semua hal itu dapat dipenuhi sendiri. Maka dari itu dalam hal ini interaksi sosial sangat dibutuhkan. Kebutuhan untuk makan misalnya, kita tidak akan makan apabila petani tidak memproduksi dan menjual beras di pasar. Kebutuhan untuk pakaian misalya, kita tidak akan memperoleh pakaian yang layak untuk dipakai bila tidak ada tukang jahit yang menjahit pakaian tersebut. Demikian juga kebutuhan untuk memperoleh pendidikan, kebutuhan penndidikan kita tidak akan terpenuhi apabila tidak ada dosen, rektor, dan staff lainnya yang berada di lingkungan kampus. Intinya, setiap manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Selain itu, manusia pun mempunyai hakikat sebagai makhluk sosial. Di dalam dirinya terdapat hasrat untuk berkomunikasi, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Hasrat ini timbul bukan karena kebutuhan lahiriah tetapi lebih jauh karena hasrat itu sendiri, bahwa manusia butuh berkomunikasi, bergaul, dan berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, kebutuhan mendasar dalam diri manusia adalah berinteraksi dengan orang lain. Setiap manusia berkenalan, bekerja sama, bermasyarakat, dan bersaing bahkan berkonflik untuk mendapatkan sesuatu. Hubungan-hubungan seperti itu disebut interaksi sosial.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, interaksi sosial memiliki pengertian yaitu hubungan sosial (saling aksi, berhubungan, dan mempengaruhi). Dengan demikian interaksi sosial adalah hubungan sosial (saling aksi atau mepengaruhi) yang dinamis antara perseorangan dengan perseorangan, perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok.
Di dalam hubungan tersebut individu atau kelompok bekerja sama atau berkonflik, melakukan hubungan kelompok formal atau tidak formal, langsung atau tidak langsung. Contoh, kerja sama antar pemain sepak bola dalam sebuah pertandingan. (hubungan kerja sama), debat antara para calon presiden dalam memperebutkan kursi presiden (hubungan konflik), perbincangan atau diskusi antara kepala bagian dan bawahan di sebuah kantor (hubungan formal), percakapan antara pembeli dan penjual di pasar (hubungan informal). Hal ini berbeda dengan hubungan manusia dengan orang mati. Contoh, ketika seorang ibu sedang mendongeng untuk anaknya. Anak yang mendengarkan kemudian membayangkan isi dongeng yang dituturkan terkadang mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini berbeda dengan kita marah dan membanting gelas. Gelas yang di banting tidak akan merasakan apapun, tidak marah, atau membalas perbuatan kita. Pada saat itu tidak terjadi interaksi sosial sebab gelas tidak memberikan reaksi apa pun kepada kita. Contoh lain dalam sebuah ruangan, ada beberapa orang. Salah seorang memukul kursi, namun yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing. Di dalam ruangan tersebut tidak terjadi interaksi sosial karena tidak ada reaksi terhadap aksi pemukulan meja itu. Dengan demikian menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan biasa disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Setiap orang memiliki rasa ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain. Dalam hal ini saya akan menjelaskan tentang interaksi sosial dalam masyarakat. Hampir setiap manusia berhubungan atau berinteraksi baik antarindividu, individu dengan kelompok, atau antarkelompok. Contoh di lingkungan kampus kita, kita berinteraksi dengan dosen, teman, penjaga kampus, bahkan dengan penjaja makanan di kantin kampus. Sementara di rumah, kita selalu berinteraksi dengan orang tua, adik, kakak, dan pembantu.
Mengapa manusia berinteraksi? Manusia berinteraksi karena saling membutuhkan. Setiap manusia mempunyai sejumlah kebutuhan, kepentingan, dan hasrat. Contoh, yaitu kebutuhan untuk makan, berpakaian, dan memperoleh pendidikan. Namun, tidak semua hal itu dapat dipenuhi sendiri. Maka dari itu dalam hal ini interaksi sosial sangat dibutuhkan. Kebutuhan untuk makan misalnya, kita tidak akan makan apabila petani tidak memproduksi dan menjual beras di pasar. Kebutuhan untuk pakaian misalya, kita tidak akan memperoleh pakaian yang layak untuk dipakai bila tidak ada tukang jahit yang menjahit pakaian tersebut. Demikian juga kebutuhan untuk memperoleh pendidikan, kebutuhan penndidikan kita tidak akan terpenuhi apabila tidak ada dosen, rektor, dan staff lainnya yang berada di lingkungan kampus. Intinya, setiap manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Selain itu, manusia pun mempunyai hakikat sebagai makhluk sosial. Di dalam dirinya terdapat hasrat untuk berkomunikasi, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Hasrat ini timbul bukan karena kebutuhan lahiriah tetapi lebih jauh karena hasrat itu sendiri, bahwa manusia butuh berkomunikasi, bergaul, dan berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, kebutuhan mendasar dalam diri manusia adalah berinteraksi dengan orang lain. Setiap manusia berkenalan, bekerja sama, bermasyarakat, dan bersaing bahkan berkonflik untuk mendapatkan sesuatu. Hubungan-hubungan seperti itu disebut interaksi sosial.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, interaksi sosial memiliki pengertian yaitu hubungan sosial (saling aksi, berhubungan, dan mempengaruhi). Dengan demikian interaksi sosial adalah hubungan sosial (saling aksi atau mepengaruhi) yang dinamis antara perseorangan dengan perseorangan, perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok.
Di dalam hubungan tersebut individu atau kelompok bekerja sama atau berkonflik, melakukan hubungan kelompok formal atau tidak formal, langsung atau tidak langsung. Contoh, kerja sama antar pemain sepak bola dalam sebuah pertandingan. (hubungan kerja sama), debat antara para calon presiden dalam memperebutkan kursi presiden (hubungan konflik), perbincangan atau diskusi antara kepala bagian dan bawahan di sebuah kantor (hubungan formal), percakapan antara pembeli dan penjual di pasar (hubungan informal). Hal ini berbeda dengan hubungan manusia dengan orang mati. Contoh, ketika seorang ibu sedang mendongeng untuk anaknya. Anak yang mendengarkan kemudian membayangkan isi dongeng yang dituturkan terkadang mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini berbeda dengan kita marah dan membanting gelas. Gelas yang di banting tidak akan merasakan apapun, tidak marah, atau membalas perbuatan kita. Pada saat itu tidak terjadi interaksi sosial sebab gelas tidak memberikan reaksi apa pun kepada kita. Contoh lain dalam sebuah ruangan, ada beberapa orang. Salah seorang memukul kursi, namun yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing. Di dalam ruangan tersebut tidak terjadi interaksi sosial karena tidak ada reaksi terhadap aksi pemukulan meja itu. Dengan demikian menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan biasa disebut interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Jumlah pelaku dua orang atau lebih.
- Adanya komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol atau lambang.
- Adanya suatu dimensi waktu yang melewati masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
- Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi tersebut.